05 November 2008

Democracy or Democrazy?

Terkait dengan demam Eksekusi Amurozi dan Terpilihnya Obama

Seiring dengan semakin dekatnya masa penghukuman bagi pelaku Bom di Bali yang mengakibatkan meninggalnya 200 manusia, baik berkebangsaan Australi, Indonesia dan bangsa lainnya menjadi korban. Hal ini bukanlah kali pertama yang dilakukan oleh Amorozi CS sebagaimana pengakuan seorang dari mereka "Ali Imron", sebelum pembomban terbesar mereka yang di lakukan di daerah Legian Bali (Paddys Bar dan Sary Club), juga mereka melakukan pengebomban terhadap beberapa Gereja dan Hotel Meriot setelah Bomb Bali, disusul dengan Bomb Bali 2 (Raja's Cafe) yang dilakukan oleh kelompok mereka.

Sebagian golongan menganggap mereka adalah pahlawan, patriot, pemberani dan lain-lain, terbukti dengan kecaman terhadap pemerintah sendiri apabila eksekusi tetap dilaksanakan. Tidak tanggung2x, bahkan kantor pemerintahan sendiri diancam akan di Bomb. Benarkah mereka seorang pahlawan, patriot, atau pemberani yang melakukan aksinya dikala orang2x tidak menyadari akan adanya penyerangan, sehingga para korban dikategorikan golongan yang tidak berdaya. Ali Imron berkata bahwa semua tindakan ini adalah pelampiasan atas peperangan yang terjadi antara Amerika dan Afganistan. Sama halnya pula dengan berita baru-baru ini mengenai demontrasi warga Indonesia di Indonesia terhadap negara Thailand

"Tampaknya warga negara kita terlalu perduli pada urusan dapur orang lain, dengan meluluh lantakkan dapurnya sendiri"

Aku berpikir, jika memang mereka menyebut diri mereka pemberani, dll, kenapa tidak mereka langsung melakukan penyerangan saja dengan tentara Amerika, Inggris, Autralia, atau Perancis misalnya, yang juga dilatih untuk berperang, untuk apa harus ikut pelatihan perang sampai keluar negeri seperti Malaysia, Filipina, Afganistan, dll, jika hanya untuk menyerang manusia-manusia tidak berdaya? Bagi saya hal itu bukanlah sikap seorang pemberani, atau patriot seperti yang banyak orang katakan, melainkan tidak lebih hanya sikap seorang pengecut yang hanya berani menyerang lawan yang tidak berdaya.

Kedatangan Pangeran Charles (Raja Inggris) ke Indonesia dan langsung menuju sebuah tempat ibadah untuk mempidatokan mengenai sikap saling menghormati antar umat beragama menyimbolkan sebuah penilaian khusus di mata dunia tentang bagaimana kondisi hubungan antar umat beragama di Indonesia. Sebaliknya ancaman, sikap arogan demonstran pendukung Amorozi tidak lebih hanya mempermalukan diri dan agamanya sendiri karena melindungi sosok pembunuh masal, dimana tidak ada agama yang mengajarkan untuk saling membunuh, dengan sikap mereka itu pasti orang akan bertanya-tanya tentang hal yang mereka yakini.

Para penduduk Australi membanjiri Bali dalam rangka melihat kelanjutan proses Eksekusi ini walau pihak pemerintah telah mengeluarkan Travel Warning kepada seluruh Warga Australia yang bermaksud berkunjung ke Indonesia, namun mereka justru menunjukkan sikap ketidak pengecutan mereka yang menganggap kematian itu adalah takdir dengan tetap mengunjungin Bali sambil melihat sejauh mana proses keadilan di Indonsia berlangsung.

Begitu juga sikap Kedubes Amerika yang diancam Bomb justru melarang pihak Gegana untuk memasuki wilayah mereka untuk menunjukkan bahwa "Mereka tidak takut digertak", sepertinya dunia mulai geram melihat sikap para Teroris ini, dan Indonesia yang semakin terpuruk dengan menyandang sebagai Negara Teroris. Dalam pelaksanaan peradilannya sepertinya Pemerintah Indonesia berhadapan dengan 2 tekanan, tekanan dari dunia terhadap peradilan di Indonesia dan dari Teroris sendiri dengan ancaman bombnya untuk melepaskan pelaku dari jeratan hukum.

Prediksi yang mencuat dipikiranku apabila terjadi lagi Bomb, mungkin kali ini pihak-pihak yang dianggap musuh bagi kalangan tertentu tidak akan tinggal diam, seperti munculnya kapal perang Amerika di perairan Indonesia dengan adanya Pembomban Gereja-gereja di Indonesia, namun diredamkan oleh Pemerintah Indonesia dengan janji untuk mengusut tuntas pelakunya. Sepertinya rasa persaudaraan dari luar negeri lebih kental daripada dalam negeri sendiri

Obama terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat yang bisa berbahasa Indonesia, sebagai orang yang pernah tinggal 4 tahun di Jakarta tahun 1967 - 1970an pada usianya yang ke 4 tahun dan bersekolah di Franciscus Asisi Indonesia. Obama memiliki ayah tiri orang Indonesia Roro Sutoro, dan adik tirinya adalah Maya Sutoro yang tinggal di Yogya saat ini, yang artinya bahwa sudah seharusnya hubungan Indonesia - Amerika semakin erat dalam tujuan saling menguntungkan, namun apakah hal itu harus dirusak hanya karena Amerika adalah sebuah negara mayoritas Kristen???? Sekarang tahun 2008 bukan 2008 SM (Sebelum Masehi), bukan jamannya berperang untuk menyebarkan agama.

Jika dalam kehidupan sehari-hari kita sering dianjurkan untuk bisa menerima perbedaan pendapat, sudah seharusnya hal ini dilakukan terlebih dahulu oleh orang-orang yang tidak pernah bisa menerima atau belajar menerima perbedaan. Terpilihnya Obama sebagai orang yang pernah tinggal di Indonesia dan memiliki kesan tersendiri sebagai orang yang pernah mengecap pendidikan di Indonesia, saya yakin beliau akan memberikan perhatian khusus bagi Indonesia, terutama beliau salah satu aktivis HAM dunia, namun apapun itu, bagaimanapun itu... pemberi keadilan, pelindung, dll semua adalah rencana Tuhan...

Sepertinya aktifis HAM di Indonesia memiliki PR yang cukup berat untuk menyadarkan banyak warna negara indonesia bahwa Agama adalah salah satu yang tercantum sebagai Hak Asasi Manusia, yang dalam pelaksanaan tidak boleh mendapat tekanan, kecaman, dan ancaman. Namun hal ini tentunya sangatlah tidak mudah, tidak jarang mereka2x yang berjuang untuk itu justru mendapat tekanan, kecaman, dll, sekarang tinggal kita kembali kepada Pemerintah Indonesia, mampukan petinggi2x Indonesia menjadi pemimpin yang adil pada setiap warga negaranya ditengah sikap sebagian warga negaranya yang brutal yang bisa menganggap manusia lebih buruk daripada hewan??

Obama di Amerika adalah golongan minoritas berkulit hitam namun dengan intelejensinya mampu membawa dirinya menjadi Presiden, hebat... Contoh sebuah Demokrasi yang baik dan benar... namun kerap di demo sebagian warga negara Indonesia yang tidak pernah menghargai arti sebuah demokrasi, tetapi hanya melihat baik buruk dari sisi se-Agama atau tidak se-Agama.

Terpilihnya Obama sebagai kaum minoritas adalah wujud penerapan Demokrasi yang jujur dimana setiap orang memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin berdasarkan penilaian pada kemampuannya... bagaimana dengan Indonesia.... yang sedikit2x mengkaitkan Politik dengan Agama, bahkan Perdagangan dengan Agama ???

Are you Democracy? Or Democrazy?

Tidak ada komentar: