09 November 2008

Kisah Amrozi CS Tamat

Akhirnya Pemerintah Indonesia mampu membuktikan bahwa mereka mampu bersikap adil dengan mengeksekusi para pelaku Bomb Bali yang menewaskan 200 orang lebih "Amrozi CS" (Amrozi, Imam Samudra, Ali Gufron) pada hari Minggu pukul 00:02.

Walau sebenarnya ada sedikit yang menjadi sebuah keraguan "Benarkah?? Mengingat tidak ada foto atau video satu pun yang memperlihatkan kondisi mereka setelah ditembak, tapi sudahlah... benar atau tidak hanya waktu yang bisa menjawabnya"

Dengan banyaknya pendukung para pelaku pembunuhan ini (dibuktikan dengan banyaknya pengikut saat proses pemakaman) menjadi sebuah tanda tanya... apakah kerumulan itu yang dinamakan antek-antek teroris atau justru negara ini benar negara teroris?? Saya rasa pertanyaan ini adalah hal yang wajar melihat bagaimana para pendukung menyambut kedatangan para pembunuh layaknya pahlawan bahkan dianggap manusia mulia karena menghabiskan nyawa 202 orang yang didalamnya belum termasuk orang Indonesia sendiri karena dianggap tidak seiman.

Setelah membunuh 202 orang para teroris berteriak "Alaho Akbar" yang artinya Allah Maha Besar, -benarkah Tuhan memberikan tempat mulia bagi para pembunuh manusia sebagai ciptaanNya yang dari awal manusia tercipta-pun tanpa sehelai pakaian apalagi Agama, atau pantas saja mereka sering mengatakan bahwa Tuhan mereka berbeda karena mungkin hanya Tuhan mereka yang menjanjikan posisi surga untuk para pembunuh-.

Apakah alasan mereka melakukan pembomban?? Balas dendam karena perang Amerika Serikat - Afganistan (Osama Bin Laden), lalu bagaimana perasaan warga negara yang menjadi korban atas pelampiasan dendam salah alamat tersebut (Warga Italia, Afrika, Jerman, Jepang, dll, bahkan Indonesia sendiri) diluar warga negara Amerika dan Australia yang dianggap target mereka??

Salahkah keluarga korban mendendam atas sesuatu yang mereka tidak tau menahu?? Kebayangkan gimana dendamnya mereka jika itu terjadi pada kaum pelaku??? Pasti Indonesia hanya penuh dengan teror, unjuk rasa, amukan membabi buta, dan bomb sana-sini. Bahkan untuk sosok yang jelas-jelas salah saja untuk dihukum masih bertebaran teror sana-sini, termasuk kutukan dan dendam atas eksekusi pelaku pembunuh 202 orang lebih ini.

Namun sebaliknya yang dilakukan oleh mereka-mereka yang benar-benar mengerti maksud dan tujuan sebuah agama, mereka justru berkumpul untuk mendoakan pelaku pembunuhan itu agar arwahnya diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa bukan oleh "tuhanmu" atau "tuhanku", hal ini termasuk dilakukan oleh warga Bali sendiri yang menjadi korban keberingasan pelaksanaan agama. Sebagian warga Australi sendiri tidak setuju dengan hukuman mati, sikap mereka seolah ingin mengatakan bahwa jaman sekarang bukan lagi jamannya darah dibalas darah, walau sebenarnya kekuatan militer negara2x yang warganya menjadi korban bukan saja hanya mampu menangkap para pelaku namun juga mampu membombardir Indonesia, tetapi yang mereka lakukan justru bersabar menunggu masa-masa eksekusi yang sangat lama dihitung dari waktu pembomban jika dibandingkan kasus Tibo CS sebagai wujud menghargai negara Indonesia yang oleh warga negara Indonesia cenderung terbalik atas suatu sikap yang kurang disenangi dengan mudahnya membakar, mencoreng moreng bendera negara-negara yang dianggap mereka "pelaku", bagaimanakah perasaan kita saat menyaksikan bendera Indonesia dibakar diluar negeri sana??

Layaknya Imam Samudra sebagai otak pembomb, yang tersenyum atas pembunuhan 202 orang, pembomban gereja-gereja, dan Hotel Merriot, begitu juga yang dilakukan masyarakat Bali khususnya dan para turis asing, dan sebagian warga Indonesia yang merasakan keadilan harus ditegakkan sangat menanti-nanti moment ini. mereka tersenyum puas.... bahkan sangat puas.... sebagaimana terpancar dalam liputan ditelevisi.

Pemerintah Indonesia berusaha untuk tetap menunjukkan bahwa negara ini sebuah negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ber-Asaskan Pancasila, bukanlah Negara Agama yang berusaha diwujudkan oleh pihak-pihak tertentu bahkan dengan membenarkan sosok pembunuh masal dengan kedok membela agama.

Semoga keadilan ini bukanlah sebuah sikap keterpaksaan namun disadari betul betapa pentingnya memberikan keadilan kepada seluruh lapisan masyarakat yang dahulunya juga ikut berpartisipasi dalam kemerdekaan negara Indonesia.

Diharapkan Pemerintah tetap mampu mengusut tuntas para pelaku yang masih belum terjaring, termasuk antek-antek dan para pendukungnya untuk menjadikan negara ini aman dari teror.

Tidak ada komentar: